Home / Opini

Jumat, 21 Oktober 2022 - 21:04 WIB

Tangis Haru Keluarga Pasien

Foto: Momen donor darah oleh Ikhsan Drp di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh/Dok. Pribadi.

GUBRIS.COM – Hari jumat ini memang hari yang penuh berkah. Betul kata bang M. Atar (Ketua Badko HMI Aceh) “tidak ada yang kebetulan”. Benar saja, hari ini saya mau ke RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh, dapat kabar lagi ada adek mamak yang baru saja melahirkan tadi pagi. Saya dikabari oleh Yah Bit (Adek Mamak) sebelum jumat tadi, mamak saya juga disitu katanya.

Setelah jumatan saya berniat akan pergi sekitaran jam 2 siang ke  RS setalah beres-beres kerjaan dikantor. Rupanya datang Agung Z (teman saya) ke kantor disusul datang orang servis AC (tukang ac sudah janji beberapa hari, baru hari ini datang).

Akhirnya saya tunda dulu ke RS dan jam setengah 4 sore sekian saya baru otw ke RS bareng Agung juga.

Tiba di RS saya duduk sebentar, setelah melihat si adek bayi yang baru lahir kemudian perawat disitu meminta ke keluarga untuk membawa sample darah adek mamak saya untuk di cek HB darah ulang.

“Isan mantong jak beh u lab” (isan saja yang pergi ke lab ya), kata bibi saya dalam bahasa Aceh yang menolak untuk ke lab Unit Tranfusi Darah (UTD). Saya mengiyakan saja, kemudian saya pergi ke lab bareng Agung.

Tiba di ruangan lab saya duduk di kursi tunggu, kebetulan lagi tidak ada petugas karena lagi jam istirahat waktu asar. Sembari menunggu kami merasa aneh karena ada kakak-kakak dan ibu-ibu yang sesekali melihat ke arah kami.

Setelah menunggu sebentar, saya kasih sample darah ke petugas dan katanya suruh kembali jam 5 untuk ambil hasilnya. Sekitaran 10 meter kami melangkah keluar dari pintu ruangan lab tiba-tiba ada suara kakak-kakak yang memanggil dari belakang.

“Dek tunggu” panggil kakak itu sambil berlari dari jauh arah di belakang kami yang ternyata kakak yang tadi yang lihat-lihat ke atas kami di ruangan lab.

“Adek orang yang mau donor  darah ya?”  tanya kakak itu yang tanpak kurang yakin

“Bukan kak” jawab kami yang kebingunan karena tidak mengenal sang kakak apalagi tidak ada buat janji donor darah ke siapa-siapa.

Baca Juga  Partai Mahasiswa Indonesia Mengkhianati Perjuangan Mahasiswa

Setelah kami tanya-tanya teryata kalau tidak salah pasiennya (suami kakak itu) baru saja operasi karena sakit tumor dan sangat membutuhkan darah. Kebetulan golongan darah yang dibutuhkan adalah O.

Katanya kakak itu sudah kesulitan mencari darah karena tidak ada stok. Tanpa banyak pertimbangan walaupun saya belum pernah donor darah saya langsung bilang ke kakak itu kalau saya bersedia untuk  mendonor kalau insyaallah cukup HB.

“Sebentar lagi saya balik ke sini ya kak, saya balek ke ruang kebidanan dulu sebentar ya” ucap saya ke kakak itu

“Balik lagi kemari dek ya” pinta kakak itu penuh harap

Tiba di ruang kebidanan saya beritahukan ke mamak kalau ada yang butuh darah dan saya bersedia buat bantu donorkan. Mamak saya mengiyakan saja yang penting memenuhi sayarat buat donor.

Selang beberapa waktu saya balik ke UTD, karena saya masih kurang yakin dengan golongan darah saya, kemudian saya cek ulang dan alhamdulillah benar O (ada plusnya juga hehe). Selesai cek HB dan cek tekanan darah saya mengiyakan tanya petugas untuk saya tetap donor atau tidak.

Agak sedikit was-was dan sedikit takut juga karena ini baru pertama kali bagi saya. Bismillah, Alhamdulilah berjalan lancar dan satu kantong darah saya telah siap disedot ke kantong darah.

Walau agak pitam (puyeng) sedikit karena baru pertama kali mungkin ya, tapi saya merasa bersyukur karena sekantong darah saya hari ini telah bermanfaat buat orang lain.

Setelah memastikan diri aman buat berjalan agar tidak tumbang hehe, kemudian saya dan Agung berpamitan dengan kakak itu.

Namun saya tak menyangka dengan wajah yang linglung dan seperti putus harap kakak itu dan mamaknya (dugaan saya) berulang ulang kali mengucapkan terimakasih kepada kami.

Mata yang tak bisa lagi membendung air mata pun jatuh bercucuran menagis haru bercampur sedih mengingat abang yang baru siap di operasi ahirnya tercukupkan darah yang dibutuhkan.

Sembari menagis dan berulang kali mengucapkan terimakasih  kakak dan ibunya menyodorkan uang sekian rupiah untuk kami sebagai ucapan terimakasih.

Baca Juga  Menggali Sejarah Konflik dan Mempertahankan Keadilan Bagi Rakyat Palestina

“Tidak usah buk, kami ikhlas kok membantu” ucap saya yang merasa tidak enak karena dikasih uang

Tangisan ibu dan kakak itu semakin memebesar dan semkain menjadi-jadi sambil berkata “terima aja dek, ibu ikhlas. Terimakasih banyak sudah mau membantu dan doakan si abang semoga bisa sehat kembali ya”

Semakin saya menolak semakin ibu dan kakak itu menangis dan para orang sekitar bertanya-tanya melihat ke arah kami keheranan dipikir ada kejadian apa.

Ahirnya ibu itu memasukkan tangannya ke kantong baju saya walaupun saya sudah berusaha menutupnya.

Akhirnya saya pun pasrah dan mengalah tidak bisa menolak pemberian yang sangat ikhlas dari keluarga ini. Saya hanya bisa mematung tidak kuasa melihat tangisan haru keluarga pasien.

Tidak lupa juga saya berikan nomor Hp kawan saya Bung Sanusi (Rakan Tarmizi) kepada kakak itu siapa tau kalau harus dirujuk ke Banda Aceh Insyaallah bisa didampingi oleh mereka disana.

***

Pelajaran yang bisa diambil dari kejadian hari ini yang bahwa memang tidak ada yang kebetulan, semua sudah Allah yang atur. Dari saya menunda pergi ke RS juga sampai harus saya ke lab dan kakak itu memanggil saya yang kebetulan bergolongan darah O adalah ketentuan yang sudah Allah atur sedemkian rupa sehingga saya bertemu dengan kakak itu dan alhamdulillah bisa mendonor.

Langkah rezki, peuetemun dan maot (langkah, rizki, jodoh dan maut) memang sudah Allah takdirkan untuk kita. Kita hanya bisa berencana tapi ketetapannya ada sama Allah.

Kemudian yang perlu kita pahami bersama juga ketika kita mau menolong orang jangan pandang pilih kalau memang orang itu memang layak untuk kita tolong. Kemudian ketika kita menolong orang jangan berharap orang itu bisa menolong kita balik. Yakin dan percayalah suatu saat kita akan ditolong oleh orang lain yang tidak kita sangka-sangka dan kondisi yang tidak kita duga dan dengan cara yang berbeda.

“Berbuat baiklah tanpa pamrih, berkasih sayanglah dengan tidak memilih-milih”.

Penulis: Ikhsan Drp (Pemuda Hijrah Cinta)

Share :

Baca Juga

Opini

Gayo Lues Tingkat Populasi Stunting Tertinggi di Aceh

Opini

Anjing Liar

Opini

Selamat Datang di Arena Kursi Panas: Tempat Dimana Janji-Janji Bertemu Realitas

Opini

Pemuda Masjid

Opini

Sakit Hati Menjadikan Kita Berarti

Opini

Kekeliruan BPIP Dalam Memahami Serambi Untuk Aceh

Opini

50 Hari Setelah Pelantikan, Kinerja DEMA UIN Ar-Raniry Stagnan Tanpa Progres

Budaya

Falsafah Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi, Politik, Sosial dan Budaya