Foto: Nurchalis Almanda Puja/Udin Pujangga di sudut kota Jakarta.
GUBRIS.COM-Mungkin kita merasa sangat sedih dan patah hati ketika kita mencintai seseorang namun cinta itu tidak terbalaskan. Jangan bersedih dan jangan terlalu berlarut-larut akan kesedihan itu, karena kesedihan tidak akan merubah apapun yang telah melewatkan kita. Disini saya akan mencoba membagi kisah tentang kurang beruntungnya saya soal percintaan. Mungkin ini bukan hal yang baru, bisa jadi kalian juga pernah merasakan itu.
Washington Irving pernah berkata “Cinta tidak pernah hilang, jika tidak dibalas, itu akan mengalir kembali dan melembutkan serta memurnikan hati.” Nah kata-kata ini yang membuat saya sampai sekarang masih bisa bertahan dan tetap menjalini aktivitas seperti biasanya. Memang cinta yang bertepuk sebelah tangan itu sangat meremukkan hati dan bahkan akan membuat kita kehilangan semangat menjalani aktivitas kita. Namun, itu bukanlah hal yang harus kita rasakan dengan berlama-lama dalam kesedihan dan rasa kecewa. Kita harus tetap bangkit, semangat dan tetap berfikiran positif tentang keadaan kita sekarang.
Tentang kisah kurang beruntungnya saya dalam percintaan mungkin sangatlah menyedihkan, soal bagaimana sakit, kecewa dan sedihnya hanya saya yang bisa merasakan dan tentunya tidak bisa saya gambarkan bagaimana remuknya hati ini kala hal itu terulang-ulang kembali sampai saat ini.
Mungkin anda bisa membayangkannnya sendiri bagaimana sakitnya hati ini. Saya pernah ditinggal pergi oleh kekasih saya yang ternyata dia berselingkuh dengan kawan terdekat saya, begitu juga pengalaman saya lainnya yang pernah di tinggal tanpa ada kabar, dan tentunya yang sering dan baru saja terjadi saat ini adalah saya harus merasakan yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan.
Remuk, patah dan tentunya perih hati yang saya rasakan karena itu semua. Bagaimana tidak, seseorang telah memberikan harapan dan ternyata dia tidak menaruh rasa terhadap saya, dan parahnya lagi saya hanya dijadikan pelampiasan untuk mengisi sepinya yang baru saja putus dengan pasangannya.
Kini dia telah kembali dengan pacarnya dan meninggalkan saya sendirian. Saya menceritakan ini semua bukan berati saya sedang lemah, tetapi saya disini mencoba untuk tetap semangat untuk menjalani hari-hari saya walaupun terkadang saya belum bisa menerima kenyataan tersebut. Namun saya tetap berfikiran positif terhadap kenyataan yang menimpa saya.
Cinta yang tak terbalaskan selayaknya menjadi motivasi kita untuk berjuang di masa depan. Akan ada banyak hal yang positif kala hati kita sedang patah untuk kita kerjakan. Agar kesedihanmu dan sedihku berkurang cobalah kita mencari kegiatan yang berefek baik dan lebih produktif untuk menyambut hari-hari esok yang lebih berwarna. Contohnya saja seperti menulis, beekumpul bersama kawan-kawan dan melalukan kegiatan-kegiatan menyenangkan lainnya.
Pelajaran yang saya bisa ambil dari kesedihan saya selama ini adalah saya harus tetap menulis dan mencurahkan isi hati saya di dalam bentuk tulisan, karena menurut saya semakin saya tersakiti maka semakin banyak inspirasi untuk saya ukirkan. Guru saya, Alm. Ampuh devayan seorang mantan jurnalis senior “Serambi Indonesia” dan juga budayawan Aceh pernah mengatakan kepada saya “jika kamu ingin pandai menulis maka kamu harus terlebih dahulu patah hati”. Nah, kata-kata itu merupakan hal yang nyata dan terjadi terhadap saya sekarang ini.
Hal ini saya rasakan pertama sekali ketika saya berkecimpung dan memulai untuk menulis disaat saya baru merasakan sakitnya ditinggali oleh orang yang saya cintai.
Pesan motivasi untuk kita semua, teruslah semangat dalam menjalani kehidupan kita, jangan jadikan kesedihan kita sebagai penghambat untuk kita tumbuh, timbul dan berkreativitas. Ciptakan kisah versi kita sendiri untuk memotivasi banyak orang, jadikan kesuksesan kita sebagai bentuk bukti untuk orang-orang yang pernah menyakiti kita bahwa seseorang tersebut patut kecewa karena telah menyia-nyiakan kita dulu. Karena ketika kita sudah tulus, jujur, setia dan apa adanya kita tidak kehilangan seseorang tapi seseorang itu yang kehilangan kita.
Penulis : Udin Pujangga (Penikmat Kopi Pencinta Senja)