GUBRIS.COM – JAKARTA. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatatkan pertumbuhan nilai kontrak baru yang apik hingga akhir September 2021. Tercatat, emiten konstruksi ini meraup nilai kontrak baru sebesar Rp 11,3 triliun hingga akhir kuartal ketiga 2021.
Angka tersebut naik sebesar 82,25% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 6,2 triliun. Nilai kontrak tersebut meliputi lini bisnis konstruksi sebesar 74,6%, energi berkontribusi sebesar 17%, properti sebesar 8%, dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya.
Analis Samuel Sekuritas Andreas Kristo Saragih dalam risetnya pada 22 Oktober menyebutkan, perolehan tersebut sebenarnya baru memenuhi 49% dari proyeksi Samuel Sekuritas. Namun, ia meyakini perolehan tersebut masih sejalan dengan target tahun ini lantaran pada periode kuartal IV-2021 banyak tender proyek yang akan dilelang.
“Kami memproyeksikan ADHI dapat meraih tambahan kontrak baru sekitar Rp 12 triliun di kuartal IV-2021 dengan pertimbangan nilai tender proyek yang saat ini diikuti sebesar Rp 30 triliun dan banyaknya tender proyek pemerintahan yang digelar di periode ini,” tulis Andreas dalam riset.
Selain itu, hingga akhir September 2021, pekerjaan konstruksi Proyek LRT Jabodetabek Fase I milik ADHI telah mencapai 85,8%. Proyek ini diekspektasikan seluruh pekerjaan konstruksinya dapat selesai di kuartal keempat 2021. Adapun tender Proyek LRT Jabodetabek Fase II diperkirakan akan dilaksanakan setelah selesainya evaluasi atas pengerjaan Proyek LRT Jabodetabek Fase I.
Andreas berpendapat bahwa ADHI memiliki peluang untuk mendapatkan kontrak Proyek LRT Jabodetabek Fase II dengan memperhitungkan beberapa faktor seperti selesainya proses konstruksi di tahap I, keterlibatan ADHI di proyek TOD dan adanya program spesialisasi di BUMN Karya.
Lebih lanjut, Andreas melihat penerimaan pembayaran proyek sekitar Rp 6 triliun di kuartal IV-2021 akan menjadi katalis positif bagi ADHI. Berdasarkan proyeksinya, sekitar Rp 2.5 triliun dan Rp 2.2 triliun diestimasi berasal dari pembayaran Proyek LRT Jabodetabek Fase I dan Proyek Jalan Tol Aceh-Sigli.
Asal tahu saja, ADHI telah menerima pembayaran sebesar Rp 13,3 triliun dari total nilai kontrak sebesar Rp 23,3 triliun untuk proyek pertama dan Rp 2,8 triliun dari total nilai kontrak senilai Rp 7,7 triliun di proyek kedua.
Sentimen lain yang akan berpengaruh terhadap ADHI adalah rencana melantainya anak usaha ADHI, yakni PT ADHI Commuter Properti (ACDP). Berdasarkan berbagai pemberitaan media nasional, Andreas menyebut aksi IPO tersebut akan membuat ADCP mengantongi dana sekitar Rp 1,7 triliun dengan 80% dana akan digunakan untuk pengembangan ADCP dan sisanya untuk refinancing.
“Kami melihat kinerja ADCP akan lebih meningkat setelah IPO yang disebabkan oleh beroperasinya LRT Jabodetabek Fase I dan pemulihan ekonomi,” imbuh Andreas.
Saat ini, Andreas memberikan rekomendasi beli untuk saham ADHI dengan target harga Rp 1.420 per saham yang merefleksikan 24,4x P/E 2022F, serta -0,25 SD dari rata-rata P/E 5 tahun terakhir.
Sumber: kontan.co.id