Home / Opini

Senin, 15 November 2021 - 02:08 WIB

Kekeliruan BPIP Dalam Memahami Serambi Untuk Aceh

Foto: Penulis Al-Faqir Tgk Ahmad Jalmadi, Da’i Muda Arongan Lambalek/Ist.

Beberapa hari yang lalu, santri Aceh melaksanakan Kongres Santri Pancasila yang berlangsung di Gedung Olahraga dan Seni (GOS) Aceh Barat. Pelaksanaan kongres tersebut bertujuan untuk menciptakan generasi muda Aceh yang islami dan pancasilais.

Seingat penulis, dalam kongres tersebut Kepala Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP), Profesor Yudian Wahyudi sempat menegaskan bahwa dirinya sangat mengapresiasi dan memberikan jempol untuk Aceh khususnya Aceh barat, karena mampu menyelaraskan nilai-nilai Islam dengan ideologi pancasila.

Padahal sejak dahulu, Aceh sudah dikenal dengan sebutan Serambi Mekkah. Namun berkat ketidakpahaman beliau dalam kongres tersebut mengatakan “Aceh dikenal dengan sebutan Serambi Mekkah, namun saat ini nama itu harus di tambah yaitu Serambi Pancasila.”

Nah terkait hal ini, penulis Al-Faqir Tgk Ahmad Jalmadi ingin meluruskan pernyataan tersebut, yang bahwa Aceh memang merupakan wilayah yang berada di bawah NKRI dan berazas pancasila sejak kemerdekaan pada tahun 1945.

Jadi, pernyataan Kepala Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP), nampaknya sedikit keliru dalam memahami kata Serambi dan asal muasal Aceh diberi gelar sebagai Serambi Mekkah. Tentu alam hal ini, tidak terlepas dari sejarah panjang.

Mayoritas masyarakat Aceh sudah memeluk agama Islam di era kerajaan Islam Samudera Pasai, yang menguasai pesisir pantai utara wilayah Aceh pada abad ke-12.

Sejak saat itu, Islam terus berkembang di wilayah Aceh hingga masa Kerajaan Aceh Darussalam yang berkuasa pada awal abad ke-15 hingga awal abad ke-19. Selama periode itu, Kerajaan Aceh menganut prinsip-prinsip Islam dalam menjalankan pemerintahannya. Pada abad ke-15 Aceh mulai dikenal dengan sebutan “Serambi Mekkah”.

Karantina Haji di Pulau Rubiah.

Waktu itu, masyarakat muslim dari Nusantara yang akan melaksanakan ibadah haji ke Mekkah, lebih dulu menjalani karantina di Aceh sebelum berangkat ke Arab Saudi. Kegiatan ini dilaksanakan di Pulau Rubiah, Sabang.

Pada masa Sultan Iskandar Muda, Aceh menjadi kerajaan Islam yang terkuat di Asia Tenggara dan menjadi kiblat ilmu pengetahuan saat itu. Karakter Islam yang sudah mengakar kemudian menjadi kearifan lokal bagi masyarakat Aceh hingga sekarang. Saat ini, Aceh menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang menerapkan Syariat Islam layaknya pelaksanaan hukum positif.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata Serambi ialah beranda atau selasar yang agak panjang, bersambung dengan induk rumah dan biasanya lebih rendah dari pada induk rumah.

Nah, adapun Aceh bukan bersambung dengan Indonesia, tapi memang satu kamar dari 34 kamar provinsi yang ada di Indonesia. Berbeda dangan sebutan Serambi Mekkah, karena Aceh bukan bagian dari Mekkah, namun ada kemiripan dan kesinambungan adat budaya serta ajaran yang dianut oleh masyarakat, maka Aceh di sebut dengan Serambi Mekkah.

Dewasa ini, KH Profesor Yudian Wahyudi tidak perlu menambahkan “Aceh Serambi Pancasila”, karena Aceh dari dahulu hingga saat ini masih berada dalam NKRI dan berazas pancasila.

Penulis: Tgk Ahmad Jalmadi Meulaboh.

Share :

Baca Juga

Opini

“Jatuh Cinta Berkali-kali”

Opini

Petrus, Solusi Kriminal Yang Merajalela Saat Ini

Opini

Genosida di Gaza dan Tipuan Media

Opini

Seni Bertanya

Opini

Dosa PJ Gubernur di Setiap Tetes Keringat Rahmat Aulia

Opini

Aceh, Apa Bisa Dibanggakan?

Opini

Selamat Datang di Arena Kursi Panas: Tempat Dimana Janji-Janji Bertemu Realitas

Kesehatan

Social Distancing: Solusi Ampuh Mengurangi Lonjakan Kasus Covid-19