Foto: Rahmat Hidayatdi/Dok. Pribadi
Nyanyian terpaan Tsunami menjadi satu nama yang melekat pada jiwa anak Aceh. 19 tahun kau sudah berlalu, namun namamu masih membekas pada ingatan kami.
Cobaan yang amat besar kami rasakan setelah konflik bekepanjangan yang mencekam bumi Aceh.
Pagi itu, riang gembira berubah menjadi jeritan bahasa tanpa warna, Tsunami menjilat seluruh pelosok bumi Serambi Mekah, anak-anak dibangunkan dengan hentakan gempa begitu dahsyat.
Cobaan yang Allah berikan untuk kita dan menjadikan sebuah pelajaran yang amat berharga. Dimana kita menyaksikan kebesaran sang khalik, lalu mengajarkan kita bahwa semua ini hanya titipan dan sangat mudah baginya untuk megambilnya kembali.
Suara riuh dan ganasnya ombak merobohkan keangkuhan setiap nyawa, menghancurkan setiap sendi tanpa pilih kasih, mengubah hal yang sulit untuk kita ubah, tapi bagi-Nya mudah Tuhan Maha Ampuh.
Doa dan air mata yang tulus dari setiap insan yang kian menjelma setiap sendi rumah korban konflik yang menginginkan kedamaian, dan sangat mudah bagi rabb mengijabah dan mendamaikan setiap inci bumi serambi mekah ini.
Musibah yang tak pernah terlintas di hati setiap insan bahwa akan terjadi musibah yang amat besar melanda bumi Aceh. Meninggalkan kenangan yang sangat pilu yang menghancurkan puing-puing ke angkuhan.
Akan kah musibah 19 tahun yang lalu menjadi sebuah cerita semata? ataukah pelajaran yang amat berharga dimana mengingatkan kita bahwa semesta dan seisinya ini hanyalah titipan dan bisa kapan saja Allah mengambilnya kembali.
Penulis: Rahmat Hidayatdi